Minggu, 15 November 2009

Bagaimana otak bekerja???

Kita sudah mengetahui cara kerja otak kita yang bekerja seperti sebuah super komputer yang rumit nan canggih, yang merekam informasi dari ‘dunia luar’ lalu diinterpretasikan oleh syaraf-syaraf pusat indera kita, tentang apa itu warna, rasa pengecapan, bau dan rasa keras, lembut, sakit, panas, kemudian diinformasikan kepada diri kita. Sehingga kita dapat merasai kehidupan dunia seperti sekarang ini dan juga termasuk alam mimpi yang nyata. Namun marilah coba pertajam pikiran logis kita dari fakta dan data di atas, bahwa sesungguhnya alam ini tidak mutlak seperti yang kita pikirkan selama ini, karena otak adalah ‘mesin komputer’ yang memiliki pusat persepsi indera-indera (pusat penglihatan seperti monitor, atau pusat pendengaran seperti speaker) untuk kita rasakan, yang dapat dimanipulasi. Paparannya tentang hal itu akan saya tulis di paragraf selanjutnya.

Saya mencoba menggunakan sebuah contoh, atau lebih ekstrim bisa disebut kasus ‘manipulasi’ otak. Bagaimana seandainya ada ilmuwan mencoba menciptakan seorang sinesthesiker buatan namun sangat ektrim? Mari kita lihat. Para ilmuwan telah sedikit banyak mengetahui segala sensasi rasa yang kita rasakan diatur dalam otak, contoh; inti ventromedial hipotalamus adalah bagian dari otak yang mengatur respon dan sensasi dari rasa lapar, kenyang, dan rangsangan seksual. Kemudian bila ada ilmuwan dengan peralatan canggih ‘mengalihkan’ sinyal-sinyal masukan yang menuju inti ventromedial hipotalamus itu ke pusat penginderaan rasa panas, dingin kemudian diparalelkan ke pusat penciuman dan pusat penginderaan warna! Apakah yang terjadi? Ilmuwan itu telah ‘membuat’ manusia pengidap sinesthesia ‘ekstrim’! Sinesthesiker itu tidak akan pernah merasakan rasa lapar, kenyang ataupun kenikmatan seksual! Yang terjadi adalah apabila ia selesai makan; mungkin dia berkata: “perutku rasanya panas kebiruan”, atau “perutku terasa bau busuk hijau”, begitu juga ketika ia lapar atau mendapat rangsangan seksual. Namun ada satu hal penting yaitu: ilmuwan itu tidak perlu menggunakan materi sesungguhnya untuk mendapatkan sensasi rasa tersebut! Dia hanya perlu memberi input sinyal-sinyal listrik dari luar―seperti mendapat rangsangan sesungguhnya―ke pusat-pusat pengindraan, sehingga si sinesthesiker benar-benar merasakan sensasi rasa tersebut. Jadi memang benar bahwa sensasi rasa adalah sesuatu yang relatif, tergantung di otak kita. Inilah kira-kira contoh yang bisa saya berikan untuk menjelaskan bahwa otak adalah mesin pembuat sensasi yang bisa dimanipulasi tanpa keberadaan mutlak rangsangan obyek materi.

http://isengdoangsi.multiply.com/journal/item/3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar